Kerentanan ulat kobis Plutella xylostella dan Helicoverpa armigera dari Kopeng dan Klaten terhadap Bacillus thuringiensis

Penulis: Siti Sumarmi

Laboratorium Entomologi Fakultas Biologi UGM

Gambar. Kerusakan krop kobis yang disebabkan oleh ulat kobis (dokumentasi field trip Kopeng 2017)

Resistensi adalah suatu kenyataan, penggunaan insektisida kimia yang telah diketahui menimbulkan dampak negatip terhadap lingkungan, kesehatan manusia dan resisten terhadap serangga telah mempengaruhi para ahli untuk mencari alternatip dalam upaya pengendalian serangga hama yang lebih spesifik dan aman. Seperti penggunaan  penyakit serangga, karena seperti pada manusia dan hewan lain, serangga dapat terinfeksi organisme seperti bakteri, virus dan fungi. Dalam kondisi tertentu misalnya kelembaban yang tinggi  atau jumlah populasi meningkat maka serangga dapat terserang penyakit, sehingga sehingga organisme penyakit serangga sangat penting digunakan untuk pengendalian serangga hama secara alami. read more

Potensi nematoda entomopatogen sebagai agensia pengendalian hayati hama serangga

Penulis: Sukirno

Laboratorium Entomologi Fakultas Biologi UGM

Gambar. Steinernema carpocapsae entomopathogen pada beberapa jenis hama serangga (Gambar diambil dari http://www.nuetzlinge.de)

Selain harganya mahal, penggunaan insektisida kimia dikenal menyebabkan dampak negatif untuk kesehatan dan kualitas lingkungan. Untuk mengurangi ketergantungan dan dampak penggunaan insektisida kimia, pemerintah telah mencanangkan teknologi pengendalian hama terpadu (PHT) melalui peraturan pemerintah No. 6 tahun 1995 tentang perlindungan tanaman, UU No. 12 tahun1992 tentang sistem budidaya tanaman, dan keputusan menteri pertanian No. 887/ Kpts/ OT/ 9/ 1997 tentang pedoman pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT) (Setiawati dkk. 2004). Salahsatu komponen PHT adalah pengendalian hama secara hayati menggunakan musuh alami (parasit dan predator) dan patogen (virus, jamur, dan bakteri serta nematoda entomopatogen). Nematoda entomopatogen membunuh hama serangga karena berperan sebagai endoparasit, khususnya pada dinding usus, tubulus malphigi, ovarium dan hemocoel. read more

Potensi nukleopolyhedrovirus endogenik Indonesia sebagai agensia pengendalian hayati ulat grayak (Spodoptera litura Fab.)

Penulis: Sukirno

Laboratorium Entomologi Fakultas Biologi UGM

Gambar. Struktur diagramatic nuckleopolihedrovirus (https://en.wikipedia.org/wiki/Baculoviridae)

Nukleopolyhedrovirus (NPV) adalah salahsatu baculovirus anggota Famili Baculoviridae yang menginfeksi Ordo Lepidoptera (86%), Hymenoptera (7%), dan Diptera (3%) (Untung 1993). NPV memiliki badan inklusi yang terdiri dari matriks protein berbentuk amorf dan bersegi banyak (polihedral) dan berdiameter 0,05 – 15 mikrometer (Maddox 1975). Di dalam badan inklusi atau juga disebut badan oklusi terdapat nukleokapsid dalam virion yang berbentuk tubuler sepanjang 336 mikrometer dan berdiameter 62 mikrometer. Virion dibungkus oleh membran (envelope) dan dalam satu virion bisa terdapat satu atau lebih nukleokapsid (Tanada and Kaya 1993). read more

Mari mengenal serangga entomofaga: parasitoid dan predator

Penulis: Sukirno

Laboratorium Entomologi Fakultas Biologi UGM

Selain patogen (bakteri, virus, dan fungi), agensia hayati yang dapat dimanfaatkan sebagai pengendali hama serangga adalah serangga entomofaga (entomophagous insects). Serangga entomofaga adalah serangga yang hidup dengan memakan serangga lain. Serangga golongan ini dapat dibagi menjadi dua yaitu:

  1. Parasitoid

Serangga parasitoid adalah serangga yang sebagian siklus hidupnya memparasiti serangga yang lain untuk dapat tumbuh dan berkembang hingga stadium tertentu. Selama menjadi parasit, serangga ini memperoleh sumber makanan dari inangnya dan akhirnya inang akan mati ketika parasitoid keluar, untuk menuju stadium berikutnya, dari dalam tubuh inang. Parasitoid dibedakan dengan istilah parasit. Parasitoid menyebabkan kematian pada inang, sedangkan parasitoid tidak menyebabkan kematian pada inangnya. read more